Langsung ke konten utama

Tusukan Mataku [#FF2in1]

Aku masih sangat ingat dengan seorang yang menusuk mataku. Dengan pandangannya yang sangat tajam, aku terdiam dan memejamkan mata, mengerjap seperti kambing di depan harimau.
"Lemah," katanya dengan ejekan yang tak pernah ku lupa.
Lama aku termenung saat mencoba melihat mataku sendiri dalam cermin. Setelah ia pergi dan punggungnya tetap ,ematapku tajam. Ku coba untuk menyelam dalam diriku. Dalam, dalam, dalam, dan lebih dalam lagi. Tapi tetap saja terlihat tubuhku ringkih berdiri tak kuasa menatap mataku sendiri.
Aku teringat dengan kolam. Saat mataku tak kuat menahan perihnya air. Kakiku kaku, aku tak bisa bergerak dan mataku terpejam.
"Inikah akhirku, tidak!" sergahku pada diriku sendiri. Mataku terbuka, dan aku berteriak lantang. Aku mengalahkan ketakutanku.

I got the eye of the tiger, a fighter, dancing through the fire
Cause I am a champion and you’re gonna hear me roar
Louder, louder than a lion
Cause I am a champion and you’re gonna hear me roar

Kembali kutatap mataku dalam cermin. "Aku bukan pecundang!" teriakku menatap nanar pada diriku di seberang cermin itu. Air mataku pun tumpah.
"Bukan! ini bukan tangisan. Ini adalah air dari pembersihan diriku!" teriakku.

Hari itu, mataku terus menatap, dan menusuk tiap ketakutanku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengu, Si Hewan Setia

Tengu, katanya seekor hewan penggigit yang setia dengan empunya. Ukuran hewan kecil ini 0.5-1 mm. Sulit sekali untuk melihatnya. Aku nulis ini bukannya ada masalah dengan si tengu, tapi gara-gara aku penasaran banget dengan yang namanya tengu. Soalnya kata orang tengu itu binatang paling kecil sedunia. Memang masih diragukan banget sih. Soalnya saingan si tengu itu cacing. Ada yang bilang binatang yang paling kecil tuh cacing. "Logikanya seperti ini, tengu itu kan binatang yang katanya paling kecil kan? padahal ada tengu cacingen. Nah,,, tahu sendiri kan?" Pendukung tengu pun tak kalah debat. "Cacing juga bisa tenguen. iyakan?" Perdebatan ini seperti perdebatan klasik antara duluan mana telur dengan ayam. Namun, bagiku aku lebih membela pendukung tengu daripada pendukung cacing. Ini berawal ketika tengu membuatku menang dalam adu tebak-tebakan. Lebih tepatnya tengu membuatku enggak gariing lagi, hehe... Dan inilah awal dari rasa penasaranku sama yang naman...

Mulai Tulis "Aku"

Aku baru ingat, aku jarang sekali menulis kata "aku". Dari hari ke hari, aku selalu menulis. Namun kata ganti pertama itu, selalu aku jauhi. Malah semakin jauh dari menulis kata aku, semakin lebih baik. Tidak adanya kata aku dalam tulisanku hanyalah sebuah keharusan semata. Pekerjaan memaksaku untuk menjadi orang lain. Aku tidak bisa mengemukakan pendapatku sendiri, meski aku yang menuliskannya.  Tapi persoalan larangan menulis aku secara eksplist maupun implisit, masih dalam perdebatan. Sebenarnya bisa saja, aku menulis tanpa menyertakan kata aku, tapi itu adalah aku. Hanya konteksnya berbeda. Aku dalam "aku" dan aku dalam kalimat-kalimat penunjang aku berbeda fungsi. Ah, semakin rumit saja. Seorang kawan bertanya, "Terus bagaimana kabarmu? Ceritalah" Pertanyaan itu membuatku agak bingung. Apakah memang sebenarnya aku butuh untuk cerita tentang aku? Sedangkan aku sendiri tidak pernah menginginkan untuk kuketahui sendiri bagaimana aku ini. ...

Orang Biasa

Dua minggu ini banyak hal yang menjadi perhatian saya. Banyak pelajaran juga yang saya dapat dari berbagai macam hal tersebut. Mulai dari pekerjaan, keluarga, dan asmara. Ditambah lagi bagaimana cara pandang saya terhadap sosial masyarakat di sekitar saya. Oh ya satu lagi, saya juga merasa ada keberjarakan antara saya dan tuhan. Saya benar-benar merasa menjadi manusia biasa. Saya pikir saya adalah orang yang sentimentil. Saya tidak bisa berfokus pada satu hal. Semuanya sepertinya terus memasuki pikiran saya silih berganti. Kadang-kadang juga berbarengan. Apalagi ketika pada kondisi dimana saya berhenti dan memikirkan hal itu semua. Sebenarnya langkah demi langkah sudah saya pastikan untuk berjalan. Hanya saja, sama sekali progress reportnya sering kali tertinggal. Bahkan hilang. Padahal, ingatan itu harusnya terus bisa mengisi puzzel-puzzel kehidupan saya. Sehingga saya bisa dikatakan mampu belajar dari pengalaman. Kemampuan belajar yang saya miliki ternyata tidak bisa sa...