Oh udara malam ini begitu dingin. Banyak yang bilang musim kemarau sudah mau datang. Biarlah. Meski kemarau datang, tetap saja diriku tak beranjak dari sini. Bulan pun tak sebebas musim, yang katanya bisa berubah kapan-kapan. Andai saja bulan seperti juga musim, mungkin saja, waktu tak akan menjadi perdebatan oleh manusia.
Semakin nglantur saja apa yang aku bicarakan. Terasa kaku dan tak bisa berpikir jernih. Kayak ada beban dalam pikiran ini yang mengganjal. Di satu sisi aku ingin memiliki cinta lagi, di sisi lain, aku masih ingin sendiri lagi, di sisi lainnya lagi aku bingung, haha dasar manusia tak punya pendirian.
Akhir-akhir ini aku sedikit takut dengan tindakanku yang bisa menyakiti orang lain. Beberapa cewek deket dan aku nggak bisa menentukan sikap. Ingin rasanya menjadi apatis dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi bagian dari diriku tidak bisa membiarkan orang lain untuk memutus harapannya. Mungkin saja mereka hanya sekedar ingin berteman. Mungkin saja mereka hanya ingin bicara, melampiaskan kejenuhan dan menemukan teman yang bisa diajak untuk berbagi.
Sering kali aku berpikir, apakah setiap kedekatan selalu berorientasi pada sebuah hubungan kasih? Tidakkah kita dekat dengan tendensi hanya untuk berbagi saja, dan berteman layaknya seorang yang ingin bisa bicara apapun tanpa harus takut untuk menyakiti.
Mungkin aku adalah orang paling bodoh yang tidak peka terhadap apa yang terjadi dengan diriku sendiri. Dengan orang yang mempunyai harapan lebih terhadap sebuah hubungan yang dekat. Maaf jika aku memang seperti itu. Aku masih berat untuk melupakan.
Semakin nglantur saja apa yang aku bicarakan. Terasa kaku dan tak bisa berpikir jernih. Kayak ada beban dalam pikiran ini yang mengganjal. Di satu sisi aku ingin memiliki cinta lagi, di sisi lain, aku masih ingin sendiri lagi, di sisi lainnya lagi aku bingung, haha dasar manusia tak punya pendirian.
Akhir-akhir ini aku sedikit takut dengan tindakanku yang bisa menyakiti orang lain. Beberapa cewek deket dan aku nggak bisa menentukan sikap. Ingin rasanya menjadi apatis dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi bagian dari diriku tidak bisa membiarkan orang lain untuk memutus harapannya. Mungkin saja mereka hanya sekedar ingin berteman. Mungkin saja mereka hanya ingin bicara, melampiaskan kejenuhan dan menemukan teman yang bisa diajak untuk berbagi.
Sering kali aku berpikir, apakah setiap kedekatan selalu berorientasi pada sebuah hubungan kasih? Tidakkah kita dekat dengan tendensi hanya untuk berbagi saja, dan berteman layaknya seorang yang ingin bisa bicara apapun tanpa harus takut untuk menyakiti.
Mungkin aku adalah orang paling bodoh yang tidak peka terhadap apa yang terjadi dengan diriku sendiri. Dengan orang yang mempunyai harapan lebih terhadap sebuah hubungan yang dekat. Maaf jika aku memang seperti itu. Aku masih berat untuk melupakan.
Komentar
Posting Komentar