Perjalanan Para Pemuda Penantang Matahari Bagian #2 Menjejak tanah siang pada bulan puasa bagaikan melangkah di atas bara api. Diperlukan keyakinan dan ketabahan untuk berdamai dengan memori kepala. Yang selalu percaya bahwa matahari jam dua siang akan membakar kulitmu, menguras energimu, apalagi kondisi puasa yang penuh dengan batasan. Ini bukan soal tujuan tawaran keindahan alam di puncak Gumuk Kerang, tapi ini soal keyakinan dalam memegang prinsip. Dari buaian kampus, saya, Ulil, dan Budi meneruskan perjalanan melintas tembok Universitas Jember. Sebuah tembok yang seolah membatasi dan memberikan jarak antara civitas akademika dan warga sekitar kampus. Kontras terlihat antara di dalam dan di luar tembok. Rumah-rumah berderet tak beraturan dengan berdempetan, bahkan mungkin ketika dilihat dari atas seperti saling bertumpuk satu sama lain. Rumah-rumah itu, tembok, dan besarnya bangunan gedung kampus terlihat kontras. Mungkin hanya terlihat dari tampak luar saja, tapi terkadang...