Setiap momen selalu kuanggap penting. Entah itu tahun baru, hari ulang tahun, apapun dari pemancang waktu yang menandakan sebuah peristiwa penting. Penting bagiku sendiri, dan penting bagi kebanyakan orang.
Disitu letaknya cermin. Bisa mengingat, lebih tepatnya diingatkan pada waktu-waktu yang dulu pernah berkesan.
Karena aku memang pelupa. Sering lupa dengan apa yang menjadi keinginanku sendiri. Bahkan sering diingatkan oleh orang lain.
Aku adalah orang yang beruntung. Banyak sekali orang yang mengingatkanku. Banyak juga aku diingatkan oleh waktu. Hingga momen kembali terulang dan memaknai kembali di waktu yang baru terjadi.
Seperti hari ini. Momen awal tahun yang sering kali digunakan untuk merefleksi hasil yang didapat di tahun lalu. Ada progres, stagnan, atau turun?
Tidak jarang yang punya semangat untuk berubah. Meski hanya angan-angan saja. Tidak jarang pula yang tidak peduli. Merasa dunia ini telah kejam tidak memberikan keuntungan kepadanya.
Ada juga jenis teman yang memang benar-benar tidak peduli. Teman seperti ini lah yang tidak pernah aku mengerti cara pandangnya. Bukan harapan yang menjadi bahan bakarnya. Sebaliknya, kekecewaan.
Mungkin benar ketika aku dibilang orang dengan karakter plegmatis. Orang yang jarang beradu argumen. Punya ruang kompromi luas, hingga kadang banyak hal aku lewatkan, dan sangat mudah mengalah.
Aku sangat berterima kasih telah ditunjukkan. Karena dengan hal itu, paling tidak satu persoalan dalam diriku sudah ku mengerti.
Tinggal kemudian beranjak untuk mencari keinginanku. Seorang teman lain bertanya dengan agak serius, yang intinya dia menanyakan rencana ke depanku.
Aku bilang aku tidak tahu persis. Hanya yang paling aku inginkan adalah untuk mulai berkarya.
Jawabanku ini sebenarnya membuatku berpikir ulang. Karya-karya yang telah aku buat, bukan karya untuk diriku. Itu karya dari tuntutan pekerjaan.
Kemudian aku mengatakan kepadanya, aku akan membuat buku. Enam bulan akan aku kerjakan. Setelahnya, aku tentukan kembali rencanaku.
Hari ini, sengaja ingin kudirikan pancang waktu. Momen untuk mengingatkanku saja. Mungkin nanti aku lupa. Karena aku baru saja punya keinginan untuk memperbaiki daya ingat. Tidak lagi diingatkan, tapi dari dalam diriku sendiri.
Disitu letaknya cermin. Bisa mengingat, lebih tepatnya diingatkan pada waktu-waktu yang dulu pernah berkesan.
Karena aku memang pelupa. Sering lupa dengan apa yang menjadi keinginanku sendiri. Bahkan sering diingatkan oleh orang lain.
Aku adalah orang yang beruntung. Banyak sekali orang yang mengingatkanku. Banyak juga aku diingatkan oleh waktu. Hingga momen kembali terulang dan memaknai kembali di waktu yang baru terjadi.
Seperti hari ini. Momen awal tahun yang sering kali digunakan untuk merefleksi hasil yang didapat di tahun lalu. Ada progres, stagnan, atau turun?
Tidak jarang yang punya semangat untuk berubah. Meski hanya angan-angan saja. Tidak jarang pula yang tidak peduli. Merasa dunia ini telah kejam tidak memberikan keuntungan kepadanya.
Ada juga jenis teman yang memang benar-benar tidak peduli. Teman seperti ini lah yang tidak pernah aku mengerti cara pandangnya. Bukan harapan yang menjadi bahan bakarnya. Sebaliknya, kekecewaan.
Mungkin benar ketika aku dibilang orang dengan karakter plegmatis. Orang yang jarang beradu argumen. Punya ruang kompromi luas, hingga kadang banyak hal aku lewatkan, dan sangat mudah mengalah.
Aku sangat berterima kasih telah ditunjukkan. Karena dengan hal itu, paling tidak satu persoalan dalam diriku sudah ku mengerti.
Tinggal kemudian beranjak untuk mencari keinginanku. Seorang teman lain bertanya dengan agak serius, yang intinya dia menanyakan rencana ke depanku.
Aku bilang aku tidak tahu persis. Hanya yang paling aku inginkan adalah untuk mulai berkarya.
Jawabanku ini sebenarnya membuatku berpikir ulang. Karya-karya yang telah aku buat, bukan karya untuk diriku. Itu karya dari tuntutan pekerjaan.
Kemudian aku mengatakan kepadanya, aku akan membuat buku. Enam bulan akan aku kerjakan. Setelahnya, aku tentukan kembali rencanaku.
Hari ini, sengaja ingin kudirikan pancang waktu. Momen untuk mengingatkanku saja. Mungkin nanti aku lupa. Karena aku baru saja punya keinginan untuk memperbaiki daya ingat. Tidak lagi diingatkan, tapi dari dalam diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar