Langsung ke konten utama

Aku Suka Hari Ini

Kusisakan setengah hari untukku melihat siang. Kemudian satu langkah kakiku mengawali hari untuk merangkai cerita hari itu. Aktifitas paling sederhana. Mandi. Ganti baju. Pinjam sepeda. Berangkat.

Kuturut semua yang ada dalam kepala ini yang terlalu lama menggunakan mimpi untuk mengisi hari. Pertama memenuhi jajiku pada seseorang yang sudah hampir tiga bulan terbengkalai. Tugas kuliah dalam bentuk wawancara dari perusahaan suwar-suwir. Kemudian membayar tagihan speedy. Menemui dosen untuk proyek yang hampir sebulan juga terbengkalai. Berbincang dengan temen-temen Manifest. Mengurus ruang rapat amanah dari bu Lilik. Dan terkahir ngopi. Beberapa hal baru. Ya saya suka hari ini. Karena aku bisa memberikan sebuah hadiah kepada seseorang yag kemarin ulang tahun.

Cukup ringkas perjalanan hari ini. Hanya terangkum dalam satu paragraf saja. Lebih dari itu sebenarnya banyak hal lain. Secara tidak sengaja bisa mendapat do'a dan wejangan dari bu Prapti, seorang dosenku. Berkenalan dengan pak Nanang seorang wali santri gontor, dan berbicara panjang lebar dengan Halim. Yah memang banyak hal yang sulit untuk menuliskan semuanya. Karena pada intinya hari ini aku suka. Hari ini baik, karena aku terkena air hujan. Yang sebelumnya hanya kurasakan hawanya lewat mimpi.

Untuk semua orang yang aku temui hari ini aku berterima kasih.
^_^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAJAR SESUAI DENGAN KEBUTUHAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA

Oleh : Ardhika Yusuf Bakhtiar Pendidikan adalah hak bagi setiap individu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus seperti tunagrahita. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu dengan keterbatasan intelektual yang signifikan. Dalam memberikan pendidikan kepada siswa tunagrahita, penting bagi para pendidik untuk mengadopsi pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Salah satu pendekatan yang efektif adalah mengajar sesuai kebutuhan siswa. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya pendekatan ini dalam konteks pendidikan khusus tunagrahita. Mengajar sesuai kebutuhan siswa adalah pendekatan yang menekankan pada individualitas dan keunikan setiap siswa. Dalam konteks pendidikan khusus tunagrahita, setiap siswa memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan ini memperhatikan perbedaan individual dalam kemampuan belajar, minat, gaya belajar, dan tingkat perkembangan. Salah satu langkah penting dalam mengaj

TV, Kipas Angin, dan Galon yang Lepas

Seperti biasa, ketika emosi meluap seperti ini aku sulit mengeluarkan beban pikiran. Aku cenderung akan diam lama. Wajah dan tubuhku semakin lemah, jika penyakit sedikit saja menyerang bisa-bisa aku akan terserang demam. Meski tidak pernah sampai opname, demam seperti ini membuatku harus istirahat total, untuk sehari penuh. Semoga saja menulis bisa menjadi alternatif obat. Hampir sebulan lalu, seorang teman bernama Nita, mengabari sesuatu yang membuat Macapat bisa tersenyum sangat lebar. Dia mengatakan bahwa kakak sepupunya akan memberikan TV, kipas angin, dan galon untuk Macapat secara cuma-cuma. Barang-barang itu akan melengkapi fasilitas Macapat dan dalam bayanganku sendiri Macapat akan menjadi lebih nyaman. Di lain sisi memang Macapat masih sangat kekurangan biaya. Namun untuk mendapatkan barang-barang itu kami harus mengambilnya ke Surabaya. Jarak Jember kesana memakan waktu 5 jam. Untuk mengambil barang-barang itu pun kami harus membawa mobil. Kalau naik kendaraan umum b

Mulai Tulis "Aku"

Aku baru ingat, aku jarang sekali menulis kata "aku". Dari hari ke hari, aku selalu menulis. Namun kata ganti pertama itu, selalu aku jauhi. Malah semakin jauh dari menulis kata aku, semakin lebih baik. Tidak adanya kata aku dalam tulisanku hanyalah sebuah keharusan semata. Pekerjaan memaksaku untuk menjadi orang lain. Aku tidak bisa mengemukakan pendapatku sendiri, meski aku yang menuliskannya.  Tapi persoalan larangan menulis aku secara eksplist maupun implisit, masih dalam perdebatan. Sebenarnya bisa saja, aku menulis tanpa menyertakan kata aku, tapi itu adalah aku. Hanya konteksnya berbeda. Aku dalam "aku" dan aku dalam kalimat-kalimat penunjang aku berbeda fungsi. Ah, semakin rumit saja. Seorang kawan bertanya, "Terus bagaimana kabarmu? Ceritalah" Pertanyaan itu membuatku agak bingung. Apakah memang sebenarnya aku butuh untuk cerita tentang aku? Sedangkan aku sendiri tidak pernah menginginkan untuk kuketahui sendiri bagaimana aku ini.