Aku dan malam ini bersama dengan sebuah cerita. Ada semacam keresahan ketika dejavu tiba-tiba datang membawa kenangan. Momen ketika dulu banyak sekali hari terisi dengan gelak tawa dan duka. Proses-proses belajar berseni dan memainkan peran dalam teater. Berkawan dengan teman-teman yang haus dalam mencari jati diri masing-masing. Momen itu kini telah berlalu. Muncul dan mengingatkanku dalam dejavu-dejavu.
Aku lupa, sudah dejavu yang keberapa. Seperti ketika tadi aku berbicara dengan seorang kawan, mengobrol di warung kopi. Sebuah momen kembali terulang, sekejap aku terdiam. Menerawang gejala yang membuatku bingung apakah peristiwa yang baru terjadi sudah pernah terjadi sebelumnya. Secara tiba-tiba aku rindu dan khawatir. Apakah momen ini hanya menjadi kenangan saja? Momen ketika aku bisa bersama tiap waktu, berbicara apa saja, tentang prihal apa saja tanpa harus menutup-nutupi. Waktu berjalan dan melahirkan ribuan konsekuensi. Kedatangan dan kepergian. Pertemuan dan perpisahan.
Itu keresahanku saat ini. Seorang teman pernah berkata dalam gurauannya,
Sulit sekali aku beranjak dari posisi ini. "Seharusnya kamu harus cepat mencari kerja, meninggalkan komunitas mahasiswamu, dan mencari kehidupan yang lebih realistis," kata abangku. Aku hanya bisa mengiyakannya saja. Meski sebenarnya aku tahu apa itu semua, aku tahu setiap konsekuensi yang nantinya aku ambil, aku tahu benar-benar tahu. Tapi, itu masih dalam dunia ideku saja. Entah dalam sikap dan pelaksanaannya akankah sesuai? Aku pun masih belum tahu.
Aku dan malam ini, satu dari sekian momen yang membuatku berpikir tentang diriku sendiri. Mungkin ruang itu kini lebih sedikit dibandingkan dengan ruang-ruang dimana aku selalu resah dengan sekitarku. Muluk memang, karena ruang privasiku terlalu kecil, meski dalam pikiran. Aku yang selalu tidur di mana selalu ada orang lain yang berhak atas tempatku tidur. Aku yang selau berada di tempat di mana orang lain juga punya hak atas tempat yang aku diami.
Aku dan malam ini selalu ingin berbicara apa saja.
Aku lupa, sudah dejavu yang keberapa. Seperti ketika tadi aku berbicara dengan seorang kawan, mengobrol di warung kopi. Sebuah momen kembali terulang, sekejap aku terdiam. Menerawang gejala yang membuatku bingung apakah peristiwa yang baru terjadi sudah pernah terjadi sebelumnya. Secara tiba-tiba aku rindu dan khawatir. Apakah momen ini hanya menjadi kenangan saja? Momen ketika aku bisa bersama tiap waktu, berbicara apa saja, tentang prihal apa saja tanpa harus menutup-nutupi. Waktu berjalan dan melahirkan ribuan konsekuensi. Kedatangan dan kepergian. Pertemuan dan perpisahan.
Itu keresahanku saat ini. Seorang teman pernah berkata dalam gurauannya,
"Kapan kamu meninggalkan kami? Karena kami siap meninggalkan dirimu."Kalimat itu membuatku merenung, ternyata aku masih takut meninggalkan tempat ini. Meninggalkan sesuatu yang telah aku bangun begitu lama. Enam tahun, terjadi begitu banyak hal. Dinamika mulai terbentuk, optimisme terbangun, dan kedewasaan mulai tertanam pada kultur-kultur lingkaranku. Semua itu ternyata membuatku begitu naif dan egois.
Sulit sekali aku beranjak dari posisi ini. "Seharusnya kamu harus cepat mencari kerja, meninggalkan komunitas mahasiswamu, dan mencari kehidupan yang lebih realistis," kata abangku. Aku hanya bisa mengiyakannya saja. Meski sebenarnya aku tahu apa itu semua, aku tahu setiap konsekuensi yang nantinya aku ambil, aku tahu benar-benar tahu. Tapi, itu masih dalam dunia ideku saja. Entah dalam sikap dan pelaksanaannya akankah sesuai? Aku pun masih belum tahu.
Aku dan malam ini, satu dari sekian momen yang membuatku berpikir tentang diriku sendiri. Mungkin ruang itu kini lebih sedikit dibandingkan dengan ruang-ruang dimana aku selalu resah dengan sekitarku. Muluk memang, karena ruang privasiku terlalu kecil, meski dalam pikiran. Aku yang selalu tidur di mana selalu ada orang lain yang berhak atas tempatku tidur. Aku yang selau berada di tempat di mana orang lain juga punya hak atas tempat yang aku diami.
Aku dan malam ini selalu ingin berbicara apa saja.
Komentar
Posting Komentar