Rindu malam menggapai kelopak mataku pada bintang-bintang yang temaram. Detik waktu selalu hilang dari hidup, meski sadar seakan berkuasa. Ingin ku berguru pada Majnun, sang pecinta sejati. Desah helaan nafasnya selalu memuja sang kekasih. Hidup dalam cinta, hingga konon dunia tak mampu menjadi wadah cintanya. Duhai kasih, beribu detik waktu ku melupakanmu. Sudikah kau memaafkanku yang telah menghianati cintaku. Seharusnya pantang bagi sang pecinta untuk sedetikpun berpaling. Lihatlah Majnun yang selalu melihat dan memuja kekasihnya. Udara kosong selalu menjadi wahana untuk menyampaikan rindu dan asmaranya. Kamu tahu sayang apa yang dia katakan pada rembulan dan malam? " Rembulan pun akan malu saat kekasihku datang, wahai malam yang merindu, takkan pernah ada lagi pembeda antara kau dan kekasihku gelapmu bagaikan rambut hitamnya yang terurai gemerlap bintang yang engkau sajikan selayaknya senyum manis dari bibirnya, pesona keindahan semesta alam jika ia tersenyum semua...